Senin, 28 Mei 2012

Menentukan Arah Kiblat

Seandainya tiba-tiba kita terlempar ke suatu masa dan tempat di mana teknologi modern tidak ada, jangan bingung untuk menentukan arah dan waktu. Khususnya ketika datang kewajiban bagi muslimin untuk menunaikan ibadah sholat.

Masa kini memang telah memanjakan manusia dengan kemudahan-kemudahan. Dan, mau tak mau harus menerima efek samping dari teknologi yang semakin modern itu: candu dengan semua yang serbainstan. Ketika ingin mengetahui waktu, kita tinggal lihat jam. Ingin tahu arah, kita lihat kompas. Efek sampingnya adalah manusia lupa dengan cara menentukan waktu dan arah dengan melihat pertanda alam. Mungkin terdengar kuno, tapi ini adalah suatu ilmu yang mendasar dan suatu waktu menjadi urgen jika tiba-tiba teknologi lenyap seketika (mungkinkah? Mungkin saja).

Bertepatan dengan tanggal 28 Mei 2012 ini matahari akan menjadi begitu istimewa, blogpost kali ini akan membahas tentang menentukan arah kiblat (arah sholat) dengan bantuan matahari. Secara tidak langsung, bahasan ini sangat penting bagi para astro-traveler sekalian. Monggo disimak.

Sebanyak dua kali dalam setahun, matahari melintasi zenit Masjidil Haram (Ka'bah). Pada saat itu, matahari tepat berada di atas Ka'bah. Keadaan ini menjadikan seluruh bayangan benda di belahan bumi yang sedang mendapati siang (alhamdulillah, Indonesia memang beruntung secara astronomis untuk selalu mendapatinya) tepat mengarah ke Masjidil Haram (Ka'bah, kiblat sholat).

Hari ini, tanggal 28 Mei 2012, matahari akan berada tepat di zenit kota Makkah ketika di Indonesia sedang menunjukkan pukul 16.18 WIB. Kota Makkah terletak di 21 derajat 25' LU. Untuk itu, syarat agar matahari tepat berada di atas Ka'bah, matahari harus memiliki deklinasi yang sama. Keadaan ini terjadi pada hari ini dan pada tanggal 16 Juli 2012 pukul 16.27 WIB.

Berhubung momen istimewa ini sangat berguna bagi ibadah kita, tentu sebaiknya kita'menangkap' momen ini. Tujuannya adalah untuk mendapatkan arah kiblat yang benar dan terdokumentasi.
Sumber foto: bersamadakwah.com

Oke. Seperti terlihat pada gambar. Tegakkan tiang lurus di atas tanah. Ketika moment itu terjadi, buatlah  tanda berupa garis lurus mengikuti bayangan yang tercipta. Lalu abadikanlah. Bisa dengan mempermanenkan tanda itu (dengan disemen misalnya, juga difoto). Berpedoman pada hasil ini, mulailah kita menggunakannya sebagai arah kemana saat kita berdiri menyembah-Nya.

Benar bahwa kita yang tinggal jauh dari Masjidil Haram tidak dituntut untuk menghadap Ka'bah secara akurat dan presisi. Namun, ketika ilmu bisa memfasilitasinya, bukankah itu lebih baik?

Astro-traveler Indonesia

1 comments:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More