Senin, 18 Juni 2012

Mengejar Matahari: Menentukan Arah

Kembali lagi bersama Astro-Traveling INDONESIA. Kali ini kita akan membahas tentang bagaimana menentukan arah hanya dengan melihat matahari, wabil khusus ketika matahari itu terbit (dan terbenam). Ini penting dan dasar bagi para astro-traveler (sebenarnya penting dan dasar juga bagi setiap manusia). Sedih rasanya jika mendengar seseorang yang tidak peduli dengan arah mata angin di mana dia berdiri.

For your information, orang Jawa mempunyai kecenderungan untuk menggunakan nama mata angin sebagai penunjuk arah. Misalnya, ketika kawan bertanya di mana rumah Budi, biasanya orang akan menjawab, "Anda berjalan menuju UTARA sampai ada pertigaan. Belok ke arah TIMUR sampai ketemu pos ronda. Ada gang, masuk ke UTARA. Nah, rumah yang kelima mengharap ke BARAT itulah rumah Budi."

Petunjuk ini lebih dari cukup untuk menemukan rumah Budi, tapi masalah satu-satunya muncul dari si penanya sendiri. Dia tidak mengerti arah mata angin di tempat itu karena tempat itu asing baginya.

Maka, belajar menentukan arah penting bagi kita. Oke, langsung saja kita mulai pembahasan kali ini. Catatan pentingnya adalah: dalam menentukan arah, kita tidak berfokus pada akurasi. Kenapa? Karena kita bukan pilot. Dan, perhitungan yang akan kita lakukan hanya menggunakan otak kita saja, tanpa bantuan apapun.

Pengetahuan awal yang kita butuhkan adalah tanggal dan posisi matahari ketika terbit. Maksudnya di sini, kita gunakan saja posisi terbit matahari yang khusus. Yaitu, matahari terbit pada arah 090 atau tepat di arah timur (ingat jurusan tiga angka) pada tanggal 21 Maret dan 23 September (umumnya; anggaplah demikian). Terbit pada 113,5 (23,5 LS) saat 22 Desember, dan arah 066,5 (23,5 LU) terjadi pada 22 Juni.

Nah, berpindahnya matahari dari garis khatulistiwa sampai titik paling selatannya (-23,5 derajat) membutuhkan waktu dari 23 September sampai 22 Desember. Itu artinya matahari bergerak secara semu menuju winter solstice (titik balik selatan; titik musim dingin di belahan bumi utara) dengan kecepatan 23,5 derajat dalam 90 hari (atau 91,25 hari rata-rata). Maka, matarahi berpindah sekitar 0,258 derajat lintang setiap harinya dalam gerak semu tahunannya.

So? Misalnya, pagi tadi kita jogging. Di hari Jumat yang berkah ini, hari yang ke-8 di bulan Juni, kita memulai pagi dengan berolahraga. Sungguh luar biasa, seluruh puji akan kita haturkan kepada Sang Pemilik Alam ketika melihat matahari merekah di horizon sebelah timur. Di sebelah timur, tepatnya di mana sih matahari terbit hari ini pada jurusan tiga angka?

Di bulan Juni, matahari akan mendapati titik paling utara yang bisa dicapainya, tepatnya tanggal 22 Juni. Itu artinya, 14 hari lagi matahari akan berada di titik 23,5 derajat lintang utara. Maka, hari ini matahari terbit pada kira-kira 20 derajat lintang utara (23,5-(0,25*14)).

Hal yang perlu diingat adalah bahwa sudut 070 (atau 20 LU) merupakan sudut yang dibentuk oleh posisi matahari terbit, pengamat yang berada di garis khatulistiwa, dan titik utara (000). Untuk mendapatkan jurusan tiga angka dari posisi kita berdiri, cukup DITAMBAHKAN dengan derajat lintang di mana kita berdiri. Misalnya, hari ini kita berada di 5 derajat LU, matahari berada pada jurusan 070+5=075. Jika hari ini kita berada di 5 derajat LS, maka matahari itu bagi kita mempunyai jurusan tiga angka: 070+(-5)=065. Ingat, lintang selatan adalah lintang negatif.

Kita harus mengejar matahari pagi untuk menentukan arah. Maka, bangunlah pagi-pagi. Setelah itu, lakukan prosedur perhitungan itu. Anggap saja, untuk kemudahan, kita bulatkan saja rata-rata perpindahan matahari perharinya sebesar 0,25 derajat.

Setelah tahu jurusan tiga angka untuk matahari terbit, kita bisa mengira-kira 4 arah kardinal yang utama: Utara, Timur, Selatan, dan Barat.

Note: Sungguh, ini perhitungan sangat kasar, terutama karena tidak diperhitungkan posisi lintang pengamat. Asumsinya, pengamat ada di Indonesia. Untuk itu tidak juga dilakukan konversi dari tata koordinat ekuator ke dalam tata koordinat horizon yang mana tidak memungkinkan untuk dilakukan dengan otak saja. Cara ini hanya dibutuhkan untuk menunjukkan arah, tidak untuk keperluan akurasi dalam menentukan koordinat suatu benda maupun tempat. Toleransi akurasi masih relevan untuk lintang rendah (sekitar khatulistiwa). Maka, cara ini cukup kompeten untuk wilayah Indonesia (namanya saja Astro-Traveling INDONESIA!).

Salam hangat,

Astro-traveler INDONESIA

1 comments:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More