Bulan sabit itu ada dua, bulan sabit muda dan bulan sabit tua. Dalam hal penampakan, keduanya sekilas terlihat sama. Tentu saja ada bedanya. Tapi rasanya terlalu sulit jika dilihat hanya sepintas. Jika hanya untuk keperluan mengetahui bulan sabit yang tampak itu sabit muda atau sabit tua, sebaiknya digunakan cara yang paling sederhana dan mudah saja.
Sumber Gambar: wikipedia.org |
Just so you know, cara yang cukup ribet adalah dengan menghitung luas penampang bulan. Dengan menggunakan matematika sederhana, yaitu membandingkan luas piringan bulan yang bercahaya dengan luas piringan bulan secara utuh, kita dapat mengetahui umurnya. Sisi sulitnya adalah menghitung luas piringan bulan yang memantulkan cahaya itu.
Saya tahu Kawan cukup malas belajar tentang penghitungan luas bidang yang melibatkan bentuk oval itu. Apalagi saya berjanji bahwa pada Astro-Traveling INDONESIA ini hanya akan dibahas aplikasi dari astronomi yang sederhana saja. Baiklah kalau begitu. Itu tadi hanya sebatas just so you know. Mari langsung saja kita bahas metode kedua.
Pada metode ini Kawan harus memperhatikan posisi (ketinggian) bulan saat matahari terbenam. Bulan baru akan berada pada posisi yang sangat dekat dengan piringan matahari saat terbenam sehingga biasanya kita kesulitan untuk melihatnya, apalagi dengan mata telanjang. Tapi tenang saja. Secara teori, bulan sabit berumur 1 hari akan terlihat pada ketinggian sekitar 12 derajat di atas horizon saat matahari terbenam. Dengan asumsi bahwa dalam satu bulan ada 30 hari, maka posisi bulan saat matahari terbenam akan menjauh (meninggi ) sebesar 12 derajat per hari (Ingat 360:30=12).
Nah, seberapa tinggi 12 derajat itu pada kubah langit? Sebelumnya, kawan bisa mengkonversi satuan derajat ke dalam satuan waktu. Benda langit melintasi langit (dalam gerak semu hariannya) dengan kecepatan 1 derajat per 4 menit. Perlu dijabarin darimana angka ini? Come on! Ini matematika sederhana anak SMP. Dalam 24 jam, benda langit melintasi 360 derajat. Jadi, 15 derajat per jam. Then, 1 derajat dalam 4 menit.
Get it? Anak pintar!
Kembali ke bulan tadi. Jadi, 12 derajat adalah jarak busur yang mampu ditempuh benda langit dalam waktu 48 menit.
Sekarang kita tes dengan sebuah pertanyaan. Pukul berapakah bulan berumur 5 hari akan terbenam?
Oke, langsung saja jawabannya adalah 5*48 menit, yaitu 240 menit atau 4 jam. Maka, bulan itu akan terbenam pada pukul 10 malam.
Nah, sekarang kita balik. Jika bulan terbenam pada pukul 10 malam, tanggal berapakah malam itu? haha, tentu saja tanggal 5! Nah, dari sinilah kita bisa menentukan tanggal dari melihat penampakan bulan dan posisinya ketika matahari terbenam.
Sumber Gambar: Wikipedia.org |
Ehem, kembali ke bulan sabit muda dan tua. Tentu saja, bulan sabit muda adalah Bulan pada tanggal-tanggal awal dari bulan Hijriah (juga bulan pada kalender Saka atau Jawa). Sebutlah misal kita mengklasifikan bulan sebagai bentuk sabit muda sampai pada tanggal 5 pertama dan bulan sabit tua untuk 5 tanggal terakhir. Maka, pada MALAM hari, bulan sabit MUDA hanya terlihat di sepertiga malam yang PERTAMA. Sebaliknya, bulan sabit TUA akan terlihat pada sepertiga malam yang AKHIR. Cukup mudah diingat bukan?
Perlu di ketahui juga, bulan purnama sebagai bulan yang berusia setengah baya, akan terlihat sepanjang malam.
Hampir-hampir, perangai bulan itu seperti tabiat manusia. Mereka yang masih muda, hanya menggunakan malam di awal-awal waktu, di sisa malam mereka tidur. Orang-orang yang sudah cukup tua, mereka akan menyadari pentingnya untuk terjaga pada sepertiga malam yang akhir. Nah, mereka yang masih menjelang dewasa, di umur pertengahan, seringkali begadang sepanjang malam.
Benar-benar mirip perangai manusia ya?
Salam hangat,
Astro-traveler Indonesia